Jumat, 19 Agustus 2011

termoelektrik

Sejarah Termoelektrik :


Fenomena termoelektrik pertama kali ditemukan tahun 1821 oleh ilmuan PERRUSIA, Thomas Johann Seebeck. Ia menghubungkan tembaga dan besi dalam sebuah rangkaian. Di antara kedua logam tersebut lalu diletakkan jarum kompas. Ketika sisi logam tersebut dipanaskan, jarum kompas ternyata bergerak. Belakangan diketahui, hal ini terjadi karena aliran listrik yang terjadi pada logam menimbulkan medan magnet. Medan magnet  inilah yang menggerakan jarum kompas. Fenomena tersebut kemudian dikenal dengan efek Seebeck.


Penemuan Seebeck ini memberikaan inspirasi pada JEAN PELTIER untuk melihat kebalikan fenomena tersebut. Dia mengalirkan listrik pada dua buah logam yang derekatkan dalam sebuah rangkaian. Ketika arus listrik dialirkan, terjadi penyerapan panas pada sambungan kedua logam tersebut dan pelepasan pada sambungan lainnya. Pelepasan dan penyerapan panas ini salaing berbalik begitu arah arus listrik dibalik. Penemuan yang terjadi pada tahun 1834 ini kemudian dikenal dengan efek peltier.


Tahun 1852 WILLIAM THOMSON (LORD KELVIN) membuktikan adanya hubungan antara efek seebek dan efek peltier. Thomson pula yang menemukan adanya  fenomena termoelektrik yang lain, yang dikenal dengan efek thomson.


Pada tahun 1913 WW COBLENZ yang menggunakan tembaga dan constanta (campuran nikel dan tembaga). Dengan efesiensi konversi 0.08mW%.


AFI IOFFE melanjutkan lagi dengan bahan-bahan semikonduktor dari golongan II-V, IV-VI, V-IV yang saat  itu mulai berkembang. Ia berhasil menyempurnakan teori yang berhubungan dengan material termoelektrik. Teori itu dibukukan tahun 1956 yang kemudian menjadi rujukan para peneliti sampai saat ini.


(masih editan)